Rahasia Villa Isola ֠Crime scene investigation Bandung 1934
ԍӉSOLO E VIVOԠ(Saya mengasingkan diri dan bertahan hidup) adalah
jalan hidup konglomerat berita di masa lalu yang eksentrik, yang bernama
Dominique Willem Berretty. Jalan hidup ini dia wujudkan dalam
pembangunan tempat tinggal pribadinya di Bandung yang diberi nama ԖILLA
ISOLAԠ(villa terpencil). Bangunan cantik bergaya art deco ini didesain
oleh arsitek ternama C.P. Wolff Schoemaker. Pada masanya desain tersebut
betul-betul merupakan puncak dari modernitas. Gedung ini dibangun dalam
waktu yang cukup cepat, yaitu Oktober 1932 hingga Maret 1933, dengan
bantuan biro arsitektur AIA di Batavia. Kerangka bangunan dan
jendela-jendela di gedung ini terbuat dari baja, sedangkan lantainya
beton cor. Bangunan ini sekarang terletak di Jalan Setiabudi 229
Bandung, di tepi jalan raya menuju daerah Lembang, tempat perkebunan
yang lebih tinggi dari kota Bandung. Jika kita kembali ke masa awal
tahun 30an itu, villa ini anggun berdiri di antara Bandung dan Lembang.
Villa ini merupakan simbol kemewahan dan gemerlap modernitas saat
itu, dan juga mengisaratkan kehidupan yang cepat dan canggih. Desain
villa ini mengedepankan struktur-struktur berbentuk lengkung; dan
walaupun telah berumur 73 tahun, saat ini Villa Isola masih tampak tidak
ketinggalan jaman. Secara keseluruhan villa ini tampak cantik, dengan
interior yang gaya dan kebun yang didesain dengan baik. Namun sang
pemilik sesungguhnya hanya dapat menikmati rumah barunya sebentar saja…
Dominique Willem Berretty (1890-1934)
Dominique Willem Berretty berdarah campur Jawa dan Italia, lahir di
Hindia Belanda pada tanggal 20 November 1890. Berretty muda adalah orang
yang ambisius dan sempat bekerja di surat kabar Java Bode. Dalam
keadaan tidak mempunyai uang, dia memulai usaha jasa telegraf pada tahun
1917 dengan menggunakan uang pinjaman. Karirnya mulai tampak menanjak
saat dia mendirikan agen press ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf
Agentschap) di Batavia. Agen berita ini memonopoli pengadaan berita
tentang Hindia Belanda, dan itu membuat dia menjadi kaya dan menjadi
selebriti saat itu. Banyak jurnalis dan politisi tidak senang hati
dengan monopoli yang dilakukannya, termasuk Gubernur Jenderal Hindia
Belanda B.C. de Jonge. Pada awal tahun 1930an bekerjanya kantor Aneta
terkena kritik berat.
Di awal tahun 30an seluruh dunia mengalami krisis ekonomi global.
Namun Berretty justru membangun villa yang cukup mahal ini pada saat
itu. Melihat keadaan keuangan Berretty, kemungkinan uang yang dipakai
mendirikan Villa ini berasal dari hasil korupsi. Pada awal 30an itu
juga, Jepang sedang giat membangun kekuatan dan mulai menunjukkan
kecenderungan untuk melakukan penjajahan. Monopoli yang dilakukan
Berretty dalam hubungan telegraf dan cara komunikasi lain antara Jawa
dan Jepang membuat dia menjadi mata rantai yang penting bagi dinas
rahasia Jepang. Uang yang dikumpulkan dari kegiatan spionase ini
memungkinkan dia mengeluarkan uang 500.000 gulden (harganya sekarang
sekitar 250 M rupiah) untuk membangun Villa Isola.
Kehidupan pribadinya tidak kalah menariknya untuk disoroti. Dia
pernah menikah 6 kali dan membuat 2 orang wanita menjadi hamil dan
melahirkan 3 anak, sebelum pada tahun 1934 menjalin asmara dengan salah
seorang putri Gubernur Jenderal de Jonge. Sang Gubernur Jenderal tidak
bisa menerima kehadiran orang yang dianggapnya berbahaya itu, sehingga
kemudian memutuskan untuk menghabisinya.
Seorang kawan lama yang sekarang berusia 90 tahun dan tinggal di
Surabaya masih bisa menceritakan dengan jelas bahwa di awal tahun 30an
banyak gosip beredar tentang Berretty dan anak gadis Gubernur Jenderal
ini. Ada kemungkinan sang putri berencana mengundang Berretty ke
perjamuan makan malam di Hari Natal 1934, dan sang Gubernur Jenderal
tidak menghendakinya. Kematian Berretty pada tanggal 20 Desember seperti
bukan suatu kebetulanŮ
Gubernur Jenderal Jonkheer Bonifacius Cornelis de Jonge (1875-1958)
De Jonge adalah seorang aristokrat yang konservatif yang menduduki
beberapa jabatan penting baik di pemerintahan Belanda (urusan
perdagangan dan industri) maupun Inggris. Sejak 1931 ֠1936, dia menjabat
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Salah satu kalimat terkenalnya
adalah: Kita sudah berada di Hindia selama 300 tahun, kita pasti harus
bisa berada di sini selama 300 tahun lagi!” De Jonge mempunyai 2 anak
laki dan 3 perempuan, dan salah satu anak perempuannya ini menjalin
cinta dengan Dominique Berretty. Dan karena dia menganggap Berretty
berbahaya bagi kehidupan pribadi dan politiknya, dia memutuskan untuk
mengakhiri hidup Berretty.
Dikarenakan jabatan-jabatan yang pernah didudukinya, seperti Menteri
Perang Belanda (1917) dan General Manager di satu perusahaan minyak di
London (1921), de Jonge mempunyai beberapa kontak dengan petinggi
militer Inggris yang kelak akan dia gunakan untuk menjalankan misinya.
Pesawat terbang DC 2 ԕiverԠ(Ԃurung bangauԩ
Setelah berhasil dalam Perlombaan Udara London-Melborne pada bulan
Oktober 1934, pesawat Uiver milik KLM menjadi simbol nasional Belanda
yang terkenal dan awak pesawatnya menjadi pahlawan. Setelah perlombaan
tersebut, Uiver menjadi penerbangan reguler yang menjalani rute
Amsterdam ֠Batavia. Pada bulan Desember 1934, sebuah penerbangan reguler
terbang dari Amsterdam menuju Batavia dengan 4 orang awak pesawat,
kargo berupa 350 kg surat dan 3 penumpang yang salah satu di antaranya
adalah Berretty yang akan pulang ke Indonesia setelah melakukan
perjalanan bisnis. Pesawat ini tidak pernah sampai di Batavia, karena
jatuh di Siria dekat perbatasan Irak pada tanggal 20 Desember.
Puing-puing pesawat Uiver di Siria 20 desember 1934
Penyebab kecelakaan menurut versi resmi komisi penyelidikan yang
dibentuk pemerintah Belanda adalah sebagai berikut: ӠPara ahli
menyimpulkan bahwa mesin pesawat terkena terjangan kilat yang hebat yang
langsung menewaskan para penumpang serta awak pesawat yang ada di
dalamnya, dan pesawat masih terus terbang hingga terbanting di tanah,
terguling dan kemudian terbakar.ԠBanyak pakar penerbangan yang
menganggap keterangan tersebut mengada-ada. Keterangan dari komisi
penyelidikan dianggap menutup-nutupi keadaan sebenarnya dan banyak
misteri yang belum terpecahkan. Bisa kita simpulkan bahwa masih ada
beberapa hal yang tidak jelas terjadi di sini. Beberapa saksi mata
melaporkan melihat pesawat tempur militer pada jam 00.45 di dekat kilang
minyak Rutba di Irak. Uiver tidak pernah sampai di Irak karena jatuh di
Siria. Diketahui bahwa di kilang minyak Rutba ada basis militer
Inggris. Di sinilah rencana itu tampak. Uiver yang membawa Berretty
ditembak oleh pesawat tempur RAF. Pemerintah telah mengorbankan pesawat
yang bersejarah itu dan 6 orang manusia yang ada di dalamnya untuk
membunuh 1 penumpang yang dianggap berbahaya, Dominique Willem Berretty.
Misi resmi penerbangan Uiver saat itu adalah membawa surat dari Eropa
ke Jawa sebelum Hari Natal 1934. Namun karena pesawat itu dijadwalkan
akan datang di Batavia pada tanggal 22 Desember (1 hari sebelum akhir
pekan), dan karena pada tahun 1930an tidak ada kereta pos yang bekerja
pada akhir pekan, kita bisa mengambil kesimpulan itu adalah misi yang
tidak mungkin. Atau mungkin boleh kita sebut misi yang palsu. Ini adalah
satu dari sekian banyak hal yang misterius sehubungan dengan kejatuhan
pesawat Uiver tersebut. Berretti dimakamkan di kuburan Inggris di
Bagdad, Irak pada tanggal 23 desember 1934.
Villa Isola menjadi Bumi Siliwangi
Setelah kematian Berretty, Villa Isola menjadi milik Hotel Savoy Homann.
Pada masa pendudukan Jepang, tempat ini menjadi markas tentara
kerajaanŠnasib buruk bagi bangunan yang dibangun pada tahun 1933 oleh
uang dari Jepang sendiri.
Setelah kemerdekaan Indonesia., Villa ini direnovasi dan diberi nama
Bumi Siliwangi. Di bagian paling atas kemudian dibangun satu lantai
lagi. Pada tanggal 20 Oktober 1954, Mr. Ali Sostroamidjojo, Perdana
Menteri saat itu, mempersembahkan gedung sebagai markas besar UPI dan
Prof Moh. Yamin, Menteri Pendidikan saat itu, menanam pohon beringin di
dekat kolam renang pada peresmian selesainya renovasi bangunan ini.
Sayangnya sekarang kita sulit menemukan kecantikan arsitektur bangunan
ini. Villa ini sudah beralih fungsi dari rumah tinggal menjadi kantor
rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Taman bunga,
sawah dan kolam kecil berisi 5 ekor angsa hitam sekarang sudah tidak ada
lagi. Daerah sekelilingnya sekarang sudah dipenuhi dengan ruang kelas,
mahasiswa yang lalu lalang, tempat tinggal dan jalan raya yang ramai.
Menurut berbagai sumber, seorang anak dari Berretty namanya Anna
membunuh diri di Isola. Dia menggantung diri di atas kolam di samping
pohon yang besar.
Arsitek Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker (1882-1949)
Dilahirkan di Banyu Biru (dekat Ambarawa, Jawa Tengah) pada tahun
1882, Schoemaker dikenal sebagai Bapak gaya arsitektur Art-Deco di
Bandung. Dia dikenal mahir menyelaraskan arsitektur Eropa modern dengan
lingkungan tropis. Keahliannya memadkan elemen dekoratif kuno dan
arsitektur modern menjadikan dia arsitek Indonesia terbaik pada
jamannya. Kelak di kemudian hari dia menjadi profesor di Institut
Teknologi Bandung. Di antara murid-muridnya, adalah Ir. Soekarno yang
menjadi presiden pertama Republik Indonesia. Beliau meninggal pada tahun
1949 di kota Bandung yang dicintainya, dan dimakamkan di Pemakaman
Pandu. Berikut ini beberapa hasil karya terkenal dari C.P. Wolff
Schoemaker di Bandung:
1918, Villa Merah, Jalan Tamansari 78
1918, Gedung Sabau, Jl. Kalimantan
1920, KOLOGDAM (Jaarbeurs), Jl. Aceh 50
1921, Gedung Merdeka (Concordia), Jl. Asia Afrika 65
1922, Landmark (Van Dorp), Jl. Braga
1922, Gereja St. Petrus, Jl. Merdeka
1925, Bioskop Majestic, Jl. Braga
1925, Centre Point (Ruko), Jl. Braga 117
1925, Gereja Bethel, Jl. Wastukencana 1
1925, Observatorium Bosscha, Lembang
1929, Hotel Preanger, Jl. Asia Afrika 81
1933, Rektorat UPI (Villa Isola)
1933, Mesjid Cipaganti, Jl. Cipaganti 85
1934, Gedung PLN (Gebeo), Jl. Asia Afrika 63
1935, Penjara Sukamiskin, Jl. Ujung Berung
Penulis :Priambodo Prayitno
Source: http://infobandung.co.id/blog/2011/11/10/rahasia-villa-isola-bandung/
Minggu, 07 April 2013
Sejarah Villa Isola (sekarang gedung rektorat) UPI Bandung
2:24:00 AM
5 comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
izin copas gan!! haha
BalasHapusiya silahkan gan...
BalasHapusMantap, penuturan sejarahnya benar-benar lengkap dan terperinci... salut buat Mas Priambodo Prayitno alias Olivier Johannes dalam mencari arsip-arsip sejarah Djawa tempo doeloe...
BalasHapuswihh emang bangunan itu sangat khas ternyata sejarah mencatatnya....... saya sering melewati taman bareti dan gedung isola (mahasiswa UPI)... dan penasaran akan sejarahnya... ternyata ada... postingan yang sangat menarik...
BalasHapusizin copas gan...
BalasHapus