Villa Isola Simbol Runtuhnya Hindia-Belanda
Sosok
megah bangunan Villa Isola atau dikenal pula dengan sebutan “Bumi Siliwangi”
yang kini menjadi Kantor Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI )
Bandung, terlihat berdiri kokoh di utara Jln. Setiabudhi Bandung. Bangunan
karya Prof Wolf Schoemaker yang letaknya dekat Terminal Ledeng ini, juga
termaksud ikon bersejarah dunia. Bangunan Villa Isola memiliki catatan mendalam
terkait Perang Dunia II atas jatuhnya pemerintahan hindia-belanda, ditandai
penyerahan kepada jepang dilapangan Kalijati Subang pada 9 Maret 1942.
Begitu pula terkait dengan masa perang kemerdekaan di Bandung, Villa Isola
pernah dijadikan markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Komandemen-I Divisi III (
cikal bakal Divisi Siliwangi) pada akhir tahun 1945 dan awal tahun 1946.
Pada
16 Februari 1946, Gedung Isola ditembaki dan dibom pasukan pasukan Divisi India
Inggris dan Pasukan Belanda. Dengan alasan untuk menyelamatkan para tawanan
Belanda dan Inggris, duet pasukan tersebut juga merebutnya dari penguasaan
Tentara Republik Indonesia.
Sebelumnya pada era Perang Dunia II di Asia ( 1942-1945), bagi Belanda dan
Jepang, Villa Isola juga dikaitkan dengan sosok pemiliknya Dominique Willem Berretty
yang meninggal tahun 1934. Karena DW Berretty dianggap sebagai salah seorang
yang berperan besar mengakibatkan jebolnya pertahanan Hindia Belanda dari
serbuan Jepang pada februari 1942.
Dari halaman Villa Isola pula, pada 7-8 Maret 1942, pemerintahHindia Belanda
membentangkan kain putih berukuran besar, sebagai pertanda menyerah. Bentangan
ini kemudia terlihat sejumlah pesawat pemburu dan pembom Jepang dimana
sebelumnya sudah dipersiapkan membumihanguskan kota Bandung jika pemerintah
Hindia Belanda belum juga menyerah.
Pasca penyerahan di Kalijati Subang 9 Maret secara simbolis pula panglima
pasuka Jepang, Jendral Hitoshi Imamura menjejakan kakinya di Villa Isola,
sebelum memimpin pasukan memasuki kota Bandung pada 10 Maret 1942. Tampaknya
Jepang seakan ingin ikut pula menunjukan kemegahan Villa Isola yang juga
merupakan “hasil karya” mereka. Halaman Villa Isola juga sempat dijadikan ruang
pamer persenjataan pasukan Hindia Belanda yang dihancurkan atas dirampas
Jepang. Ini bisa dilakukan sebagai pertanda kemenangan atas pasukan lawan.
Pada
1954 dalam keadaan berantakan bekas perang, Villa Isola dinasionalisasi Pemerintah
Republik Indonesia juga namanya diganti menjadi Bumi Siliwangi. Pada lokasi
tersebut pada 1 september 1954, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Republik Indonesia mendirikan PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru). Nama
kampus tersebut pada 1 mei 1963 kemudian diganti menjadi IKIP (Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) lalu pada tahun 1999 diganti l.agi
menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Walau demikian Villa Isola
lengket dengan sosok pemiliknya terdahulu yaitu Dominique Willem Berretty yang
juga dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Hindia Belanda pada
masa 1920-1934. Namun akhirnya riwayat DW Berretty tergolong tragis, dimana ia
tewas pada sebuah kecelakaan peswat terbang DC2 Uiver KLM PHAJU
diperbatasan Irak-Suriah tahun 1934.
DW
Berretty adalah seorang wartawan dan pemilik Kantor Berita Aneta, yang ,l,ahir
di Yogyakarta 20 November 1890. Ayahnya adalah Dominique Auguste Leonardus
Berret keturunan italia, seorang pengusaha dan juga pemilik sekolah swasta,
serta ibunya wanita jawa bernama Marie Salem yang seorang guru. Setelah tamat
sekolah setingkat SLTP tahun 1910, DW Berretty bekerja dikantor PTT (Post
Telephone dan Telegraph) Bandung tetapi tak lama. Karir jurnalistiknya dimulai
saat Berretty pindah bekerja pada surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad di
Jakarta, dimulai sebagai korektor teteapi kemudian menjadi wartawan liputan
kota. Lima tahun kemudian Berretty pindah kerja ke surat kabar Java Bade dan
naik posisinya menjadi redaktur. Sebelum pecah Great War di Eropa atau disebut
pula Perang Dunia I (1914-1918) saat usianya masih muda Berretty sudah
melanglangbuana kebanyak Negara termaksud Amerika Serikat. Dengan modal
pinjaman alias dirinya hanya bermodal dengkul pada tahun 1917 Berretty
berwiraswasta mengusahakan layanan telegraf. Usaha barunya ternyata berkembang
pesat bahkan nama Berretty pun menjadi terkenal di Bandung. Karena basiknya
seorang wartawan, Berretty pun kemudian melihat peluang dari layanan pengiriman
berita secara cepat dan bisnis periklanan diseluruh Hindia Belanda. Kerja sama
dilakukan dengan sejumlah surat kabar untuk pasokan berita, dimana Berretty
kemudian mendirikan kantor berita bernama Aneta (Altijd Nummer Een Trots
Alles). Hanya dalam 2tahun bisnis Berretty menjadi kuat sehingga mampu
mengambil alih 2 bisnis media massa saiangannya. Ini juga membuat kantor berita
Aneta menjadi memonopoli pemberitaan di Hindia-Belanda dan kemudian menjadi
kaya raya. Karena memiliki hubungan baik dengan pemerintah, Berretty pun mampu
menjaga citra baik Hindia Belanda di mata internasional dan juga populerdenagn
julukan “Raja Rumor dari Bandung”. Berretty pun dikenal sangat berorientasi internasional,
dimana salah seorang teman dekatnya adalah Sir Roderick Jones, pemimpin kantor
berita inggris, Reuters.
Diantara media massa Grup Aneta de Zadalah
Majalah de Zwaap yang isinya mengorbankan semangat anti-semit. Namun karena
muncul intrik dari bisnis media masa posisi Aneta pun kemudian banyak
dipojokan. Saat itu bisnis media massa Aneta sudah mulai ketat kompetisinya
karena menjadi banayak saiangan. Dilain pihak kalangan politisi dan pemerintah
Hindia Belanda menyoroti Berretty dengan diisukan menyalahgunakan wewenang.
Karena kondisi demikian menjelang tahun 1930-an bisnis media Aneta menjadi
oleng sedangkan Barretty sudah menjadi orang kaya. Saat dunia sedang dilanda
krisis ekonomi, pada oktober 1932-Maret 1933ia membangun Villa Isola dengan
memakai biaya 500.000 gulden (sekitar Rp 250 miliar, pada zaman itu). Kalang
kabut karena kondisi Aneta, Barretty pada tahun 1934 kemudian pergi ke banyak
Negara untuk bertukar pikiran mencari solusi mengatasinya. Namun upaya
penyelamatan Aneta belum terlaksana karena Barretty keburu tewas dalam perjalanan
pulang ke Jakarta. Pasca meninggalnya Berretty pengelolaan Villa Isola sempat
disatukan dengan Hotel Homann. (Kodar
Solihat/”PR”)source: http://kpmupipwk.blogspot.com/2013/03/villa-isola-simbol-runtuhnya-hindia.html
izin copas gan!! haha
BalasHapusiya silahkan gan...
BalasHapus