Du Di

SELAMAT DATANG DI Du Di's Blog

Jumat, 05 April 2013

KISAH ISOLA "BUMI SILIWANGI"

Villa Isola Simbol Runtuhnya Hindia-Belanda



Sosok megah bangunan Villa Isola atau dikenal pula dengan sebutan “Bumi Siliwangi” yang kini menjadi Kantor Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ) Bandung, terlihat berdiri kokoh di utara Jln. Setiabudhi Bandung. Bangunan karya Prof Wolf Schoemaker yang letaknya dekat Terminal Ledeng ini, juga termaksud ikon bersejarah dunia. Bangunan Villa Isola memiliki catatan mendalam terkait Perang Dunia II atas jatuhnya pemerintahan hindia-belanda, ditandai penyerahan kepada jepang dilapangan Kalijati Subang pada 9 Maret 1942.
Begitu pula terkait dengan masa perang kemerdekaan di Bandung, Villa Isola pernah dijadikan markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Komandemen-I Divisi III ( cikal bakal Divisi Siliwangi) pada akhir tahun 1945 dan awal tahun 1946.
Pada 16 Februari 1946, Gedung Isola ditembaki dan dibom pasukan pasukan Divisi India Inggris dan Pasukan Belanda. Dengan alasan untuk menyelamatkan para tawanan Belanda dan Inggris, duet pasukan tersebut juga merebutnya dari penguasaan Tentara Republik Indonesia.
Sebelumnya pada era Perang Dunia II di Asia ( 1942-1945), bagi Belanda dan Jepang, Villa Isola juga dikaitkan dengan sosok pemiliknya Dominique Willem Berretty yang meninggal tahun 1934. Karena DW Berretty dianggap sebagai salah seorang yang berperan besar mengakibatkan jebolnya pertahanan Hindia Belanda dari serbuan Jepang pada februari 1942.
Dari halaman Villa Isola pula, pada 7-8 Maret 1942, pemerintahHindia Belanda membentangkan kain putih berukuran besar, sebagai pertanda menyerah. Bentangan ini kemudia terlihat sejumlah pesawat pemburu dan pembom Jepang dimana sebelumnya sudah dipersiapkan membumihanguskan kota Bandung jika pemerintah Hindia Belanda belum juga menyerah.
Pasca penyerahan di Kalijati Subang 9 Maret secara simbolis pula panglima pasuka Jepang, Jendral Hitoshi Imamura menjejakan kakinya di Villa Isola, sebelum memimpin pasukan memasuki kota Bandung pada 10 Maret 1942. Tampaknya Jepang seakan ingin ikut pula menunjukan kemegahan Villa Isola yang juga merupakan “hasil karya” mereka. Halaman Villa Isola juga sempat dijadikan ruang pamer persenjataan pasukan Hindia Belanda yang dihancurkan atas dirampas Jepang. Ini bisa dilakukan sebagai pertanda kemenangan atas pasukan lawan.

Pada 1954 dalam keadaan berantakan bekas perang, Villa Isola dinasionalisasi Pemerintah Republik Indonesia juga namanya diganti menjadi Bumi Siliwangi. Pada lokasi tersebut pada 1 september 1954, Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia mendirikan PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru). Nama kampus tersebut pada 1 mei 1963 kemudian diganti menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) lalu pada tahun 1999 diganti l.agi menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Walau demikian Villa Isola lengket dengan sosok pemiliknya terdahulu yaitu Dominique Willem Berretty yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di Hindia Belanda pada masa 1920-1934. Namun akhirnya riwayat DW Berretty tergolong tragis, dimana ia tewas pada sebuah kecelakaan peswat terbang DC2 Uiver KLM PHAJU diperbatasan Irak-Suriah tahun 1934.

DW Berretty adalah seorang wartawan dan pemilik Kantor Berita Aneta, yang ,l,ahir di Yogyakarta 20 November 1890. Ayahnya adalah Dominique Auguste Leonardus Berret keturunan italia, seorang pengusaha dan juga pemilik sekolah swasta, serta ibunya wanita jawa bernama Marie Salem yang seorang guru. Setelah tamat sekolah setingkat SLTP tahun 1910, DW Berretty bekerja dikantor PTT (Post Telephone dan Telegraph) Bandung tetapi tak lama. Karir jurnalistiknya dimulai saat Berretty pindah bekerja pada surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad di Jakarta, dimulai sebagai korektor teteapi kemudian menjadi wartawan liputan kota. Lima tahun kemudian Berretty pindah kerja ke surat kabar Java Bade dan naik posisinya menjadi redaktur. Sebelum pecah Great War di Eropa atau disebut pula Perang Dunia I (1914-1918) saat usianya masih muda Berretty sudah melanglangbuana kebanyak Negara termaksud Amerika Serikat. Dengan modal pinjaman alias dirinya hanya bermodal dengkul pada tahun 1917 Berretty berwiraswasta mengusahakan layanan telegraf. Usaha barunya ternyata berkembang pesat bahkan nama Berretty pun menjadi terkenal di Bandung. Karena basiknya seorang wartawan, Berretty pun kemudian melihat peluang dari layanan pengiriman berita secara cepat dan bisnis periklanan diseluruh Hindia Belanda. Kerja sama dilakukan dengan sejumlah surat kabar untuk pasokan berita, dimana Berretty kemudian mendirikan kantor berita bernama Aneta (Altijd Nummer Een Trots Alles). Hanya dalam 2tahun bisnis Berretty menjadi kuat sehingga mampu mengambil alih 2 bisnis media massa saiangannya. Ini juga membuat kantor berita Aneta menjadi memonopoli pemberitaan di Hindia-Belanda dan kemudian menjadi kaya raya. Karena memiliki hubungan baik dengan pemerintah, Berretty pun mampu menjaga citra baik Hindia Belanda di mata internasional dan juga populerdenagn julukan “Raja Rumor dari Bandung”. Berretty pun dikenal sangat berorientasi internasional, dimana salah seorang teman dekatnya adalah Sir Roderick Jones, pemimpin kantor berita inggris, Reuters.
Diantara media massa Grup Aneta de Zadalah Majalah de Zwaap yang isinya mengorbankan semangat anti-semit. Namun karena muncul intrik dari bisnis media masa posisi Aneta pun kemudian banyak dipojokan. Saat itu bisnis media massa Aneta sudah mulai ketat kompetisinya karena menjadi banayak saiangan. Dilain pihak kalangan politisi dan pemerintah Hindia Belanda menyoroti Berretty dengan diisukan menyalahgunakan wewenang. Karena kondisi demikian menjelang tahun 1930-an bisnis media Aneta menjadi oleng sedangkan Barretty sudah menjadi orang kaya. Saat dunia sedang dilanda krisis ekonomi, pada oktober 1932-Maret 1933ia membangun Villa Isola dengan memakai biaya 500.000 gulden (sekitar Rp 250 miliar, pada zaman itu). Kalang kabut karena kondisi Aneta, Barretty pada tahun 1934 kemudian pergi ke banyak Negara untuk bertukar pikiran mencari solusi mengatasinya. Namun upaya penyelamatan Aneta belum terlaksana karena Barretty keburu tewas dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Pasca meninggalnya Berretty pengelolaan Villa Isola sempat disatukan dengan Hotel Homann. (Kodar Solihat/”PR”)

source: http://kpmupipwk.blogspot.com/2013/03/villa-isola-simbol-runtuhnya-hindia.html

2 komentar: